Oleh : Karolus Karni Lando – Umat Katholik Keuskupan Agung Ende.
Di bawah langit biru Waibalun, Flotim, pada 16 November 1965, lahirlah seorang anak yang kelak akan menjadi gembala bagi ribuan jiwa. Namanya Paulus Budi Kleden, seorang putra Lamaholot yang sejak kecil telah memperlihatkan cinta yang mendalam kepada Tuhan dan umat-Nya. Seiring berjalannya waktu, panggilan rohani yang ia rasakan semakin kuat, membawa Budi Kleden menapaki jalan sebagai seorang pastor di dalam kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD). Perjalanan hidupnya pun penuh dedikasi, doa, dan pelayanan yang tulus di berbagai tempat di dunia.
Panggilan Rohani Menuju Ende
Di tengah pengabdiannya, datanglah panggilan agung yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang—Paulus Budi Kleden, SVD terpilih sebagai Uskup Agung Ende.
Kabar ini menyebar seperti embusan angin segar, membawa harapan dan kegembiraan ke seluruh penjuru Keuskupan Agung Ende.
Umat, yang telah lama merindukan kehadiran seorang pemimpin rohani, bersiap menyambut pulang putra terbaik mereka.
“Datanglah ya Yesus, ku menantimu. Hatiku riang bila Kau datang ya Yesusku,” begitulah lagu yang dilantunkan dengan penuh sukacita, menggambarkan kegembiraan yang dirasakan oleh seluruh umat yang menantikan kehadiran Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD
Perjalanan Penuh Makna
Butuh delapan hari perjalanan, baik secara fisik maupun rohani, sebelum akhirnya Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD tiba di Ende.
Setiap langkahnya diiringi doa dan refleksi mendalam, mempersiapkan hati dan pikiran untuk tugas suci yang menantinya. Seperti Musa yang memimpin umat Israel keluar dari Mesir, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD mempersiapkan dirinya untuk memimpin umat Keuskupan Agung Ende menuju kehidupan rohani yang lebih dalam dan penuh makna.
Sambutan Penuh Hau Di Ende