Oleh :
Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M. Pd
Ka SMPK Frateran Ndao
Opini – SMPK Frateran Ndao, adalah salah satu dari 22 unit satuan pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Mardiwiyata, milik para frater Bunda Hati Kudus, yang berdiri tanggal 19 Agustus tahun 1948, dan kini berusia 73 tahun. SMPK Frateran Ndao, yang biasa disebut dengan sebutan khas Spater Ndao atau Anandao adalah satu satunya sekolah di tanah air yang memiliki kostum Olah Raga yang khas dengan angka 5 pada bagian punggung untuk semua civitas SMPK frateran Ndao. Bagi para alumni angkatan tahun 90 an sampai dengan peserta didik yang angkatan sekarang, pasti belum tahu sejarah dan makna angka 5 pada kostum OR yang mereka kenakan. Mengapa saya mengatakan angkatan 90 an, sebabnya penggunaan angka 5 pada kostum OR SMPK Frateran baru terjadi di tahun 1984, dan bisa jadi belum disosialisasikan kepada semua civitas SMPK Frateran Ndao. Kostum OR SMPK Frateran Ndao, dengan angka 5 dibagian belakang atau punggung, merupakan hasil permenungan dari Fr. M. Albertus, Bhk (Alm.) yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Sekolah dan juga seorang guru OR yang bernama Rofinus Sela (Alm.). Dan hingga kini kostum OR yang memiliki angka 5 dibagian belakang atau punggung itu, telah menjadi simbol kekhasan SMPK Frateran Ndao. Menurut hemat saya banyak alumni ataupun masyarakat yang belum terlalu paham dengan makna angka 5 dibalik tulisan Ndao pada kostum OR tersebut. Dan sebagai orang baru pada satuan pendidikan SMPK Frateran Ndao. saya menjadi penasaran dengan angka 5 yang ada di bagian belakang kostum tersebut. Pertanyaan dalam hati kecilku muncul. Mengapa angka 5 dan bukan angka yang lain. Maka, terdorong oleh rasa penasaran dan ingin tahu, saya memulai dengan mencari tahu dan bertanya kepada sumber yang terpercaya, dan salah satunya adalah ibu Vero Dhiki yang merupakan mantan guru SMPK Frateran Ndao. Beliau mengabdi pada satuan pendidikan SMPK Frateran Ndao, dari tahun 1976 sampai dengan tahun 2014 (purna tugas). Artinya beliau merupakan salah satu saksi kunci yang masih hidup yang tahu persis awal mula design kostum OR SMPK Frateran Ndao tersebut, sehingga timbul angka 5. Menurut beliau, awal mula angka 5 pada bagian belakang kostum OR SMPK Frateran Ndao adalah karena pada waktu itu Ndao umumnya dan SMPK Frateran Ndao khususnya, merupakan bagian dari wilayah paroki katedral Ende, lingkungan 5 dari 10 lingkungan. Pada waktu itu, paroki worhonio belum ada. Oleh karena itu, sebagai bagian dari gereja lokal, SMPK Frateran Ndao selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan gerejani, termasuk mengambil bagian dalam perlombaan dan koor gereja, yang langasung di pimpin oleh Fr. M. Albertus, Bhk (Alm.) selaku kepala sekolah.
Konon ceritanya, sejak dahulu ternyata SMPK Frateran Ndao selalu berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik, dalam hal ini paduan suara dengan melebur diri bersama umat di sekitarnya. Dan setiap kali lomba paduan suara atau koor, lingkungan 5 Ndao selalu menjadi nomor 1 (satu). Dengan demikian, untuk mengenangkan kehebatan SMPK Frateran Ndao yang merupakan bagian dari lingkungan 5 dari paroki katedral Ende, maka Fr. M. Albertus, Bhk (Alm.) sebagai kepala Sekolah dan bapak Rofinus Sela (Alm.) sebagai guru OR, mendesign kostum OR dengan angka 5, agar tetap selalu terpatri dihati sanubari. Namun, ternyata angka 5, tidak hanya karena SMPK Frateran Ndao bagian dari lingkungan 5 paroki katedral Ende, melainkan mengandung beberapa makna, yang pertama: 5 perintah gereja. Sebagai bagian dari warga gereja katolik 100 %, sudah seharusnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau peraturan peraturan gereja katolik, ataupun dogma dalam gereja katolik, antara lain tentang 5 perintah gereja, yaitu (1) rayakan hari raya yang disamakan dengan hari minggu (2) ikutilah perayaan ekaristi pada hari minggu dan pada hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu (3) berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan (4) mengaku dosalah sekurang kurangnya sekali setahun (5) Sambutlah tubuh Tuhan pada masa paskah. Kedua: 5 sila pancasila. Sebagai warga Negara Indonesia 100 %, sudah pasti melaksanakan dan menghayati ke 5 sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yakni sila (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, sila (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila (3) persatuan Indonesia, sila (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, sila (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketiga: 5 karakter utama bangsa, yaitu: (1) Religius, (2) Nasionalis, (3) mandiri, (4) gotong Royong (5) Integritas. Keempat: 5 indera (panca indera), yakni: (1) Indra Penglihatan (mata), (2) Indra Perasa (lidah), (3) Indra penciuman (hidung), (4) Indra Pendengaran (telinga), (5) Indra Peraba (kulit).