Opini

Gerugiwa, Si Penghuni Taman Nasional Kelimutu

×

Gerugiwa, Si Penghuni Taman Nasional Kelimutu

Sebarkan artikel ini
Josephine Vianny Rivera Walo, Mahasiswa Universitas Senata Dharma.

Bukan tanpa alasan, Gerugiwa jantan dikenal memiliki suara kicauan yang indah dan variatif dengan 土 12 jenis suara yang berbeda. Mereka cenderung menggunakan suara ini untuk mengajak kawin betinanya. Diperkirakan 7 jantan dapat kawin dengan 1 betina, dan pada umumnya hewan dengan Dimorfisme seksual seperti Gerugiwa akan saling memperebutkan pasangan satu sama lain. Musim kawinnya diperkirakan terjadi antara bulan Agustus hingga September setiap tahunnya sehingga pada bulan-bulan ini kita akan lebih mendengar banyak kicauan Gerugiwa di setiap paginya yang merupakan cara burung ini menarik betinanya untuk kawin. Dalam sekali kawin, Betinanya hanya mampu menghasilkan 2 telur, namun hal ini masih belum dapat dipastikan karena belum ada studi penelitian lebih lanjut yang berfokus pada perilaku perkembangbiakan burung ini.

Berdasarkan cara hidupnya, Gerugiwa merupakan burung yang hidup diatas ketinggian 1000 MDPL dan relatif mudah dijumpai pada ketinggian 1300-1500 MDPL. Mereka merupakan hewan yang hidup soliter dan memiliki teritori sendiri yang luas teritorinya kurang lebih mencapai 1000-2500 m². Untuk cara hidupnya, burung ini akan berkicau atau sekedar bertengger di puncak pohon dengan menghadap matahari dan biasanya burung ini akan menampakan diri mulai dari pukul 6.00-9.00 WITA.

Burung ini juga dikenal sebagai burung yang memiliki kemampuan kamuflase yang baik dari pemangsanya lantaran warna bulunya yang hijau menyatu dengan lingkungan sekitarnya akan memudahkannya untuk bersembunyi di antara dedaunan pohon. Meskipun begitu, tidak ada yang tau pasti, hewan apa yang menjadi predator dari burung ini karena bagi masyarakat awam sendiri, burung ini merupakan satwa langka yang jarang ditemui dan hanya beberapa orang yang memiliki kesempatan untuk bertemu burung ini. Hal ini juga masih berkaitan erat dengan kebudayaan masyarakat Ende-Lio, yang menganggap bahwa Gerugiwa merupakan burung arwah yang disakralkan karena hidup di Kawasan Danau Kelimutu yang diyakini sebagai “tujuan akhir” para arwah masyarakat Ende Lio yang telah meninggal. Kemunculan burung ini juga dinilai sebagai pertanda bahwa akan dilaksanakannya ritual adat “Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata” yang merupakan ritual ‘pemberian makan’ bagi arwah leluhur yang bersemayam di Danau Kelimutu.

Baca Juga:  Layang - Layang Siluman, Dana Hibah KONI Ende

Terlepas dari itu semua, baik dari sisi Biologis maupun sisi adat budaya, burung Gerugiwa merupakan burung yang pantas untuk dilestarikan karena burung ini merupakan salah satu kekayaan Hayati yang ada di Indonesia yang menjadi identitas dari Taman Nasional Kelimutu dan juga menjadi ikon budaya bagi masyarakat Ende-Lio. Hal ini dirasa penting lantaran menurut survey, masih ada masyarakat Ende-Lio yang tidak mengenal Garugiwa dan sebagian besar dari mereka menganggap bahwa burung ini telah dinyatakan punah sejak lama. Maka dari itu, sebagai generasi muda bangsa ini, penulis merasa penting untuk mengangkat burung ini sebagai bahan tulisan agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga konservasi nasional serta generasi muda lainnya untuk turut andil dalam melakukan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian icon budaya dan kekayaan hayati ini.

Baca Juga:  2134 : Simbol Sinergi Dan Harapan Baru Bagi Kabupaten Ende

Sumber: Balai Taman Nasional Kelimutu KANCILAN FLORES (Pachycephala nudigula nudigula): THE ICONIC BIRD OF KELIMUTU NATIONAL PARK, INDONESIA (Fauzi, R., Kuspriyangga, A., Suarmadi, F., Setianto, T. H., & Saragih, G. S. (2022). Kancilan Flores (Pachycephala Nudigula Nudigula): The Iconic Bird Of Kelimutu National Park, Indonesia. Indonesian Journal of Forestry Research, 9(1), 49-62.)ejournal.forda-mof.org

Baca Juga:  RDP Dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Hj. Astuti Desak Bupati Ende Beri Sanksi Tegas Buat Kadis P dan K

ETNO-ORNITOLOGI BURUNG KANCILAN FLORES (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) PADA MASYARAKAT LIO DI TAMAN NASIONAL KELIMUTU (Kuspriyangga, A. (2013). Etno[1]ornitologi Burung Kancilan Flores (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat Lio di Taman Nasional Kelimutu.)Etno-ornitologi Burung Kancilan Flores (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat Lio di Taman Nasional Kelimutu (ipb.ac.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *