Daerah

Menghidupkan Kembali Pendidikan Karakter Yang Mengalami Mati Suri

×

Menghidupkan Kembali Pendidikan Karakter Yang Mengalami Mati Suri

Sebarkan artikel ini

11. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, cinta tanah air dapat diapliksasikan lewat mencintai diri sendiri (membersihkan diri, mandi, gosok gigi tiap hari), seragam yang bersih, kelas bersih (sampah dibuang pada tempat sampah), ketika ada sampah di kelas atau diluar kelas harus dengan kesadaran memungut sampah itu dan dibuang pada tempat sampah, tidak membuang sampah sembarangan di manapun kita berada. Juga harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mengenakan batik bebas atau motif daerah pada setiap jumat pertama tiap bulan.

12. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, menghargai prestasi dapat diaplikasikan lewat tekun belajar, tekun mengikuti bimbingan, tekun berkarya sehingga meraih prestasi. Di eja lebih jauh, menghargai prestasi dapat berarti kemauan yang diikuti oleh tindakan untuk berprestasi dengan belajar terus dan terus belajar.

13. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, bersahabat/komunikatif dapat diaplikasikan lewat tidak memilih-milih teman, tidak rasis, tidak eksklusif, tidak pilih kasih, tetapi supel, semua adalah anandao.

14. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dalam konteks SMPK Frateran cinta damai dapat diaplikasikan lewat tidak saling bermusuhan, hidup rukun dan damai, semua sebagai satu keluarga Spater Ndao.

15. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, gemar membaca dapat diaplikasikan lewat kegiatan literasi selama 15 menit sebelum KBM, dan pojok literasi peserta didik. Juga melalui keikutsertaan dalam GSMB (Gerakan Sekolah Menulis Buku), dalam proses.

Baca Juga:  PLN Operasikan SPKLU Pertama di NTT, Ekosistem Kendaraan Listrik Bisa Lebih Cepat

16. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, peduli lingkungan dapat diaplikasikan lewat piket kebersihan kelas dan lingkungan atau halaman sekolah.

17. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, peduli social, dapat diaplikasikan lewat aksi solidaritas kemanusiaan, ketika terjadi bencana, sakit dan kematian dan atau kunjungan ke panti sosial.

18. Tanggung-jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, tanggungjawab dapat diwujudkan lewat menjalankan tugas yang diberikan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga, tanggungjawab dapat diaplikasikan lewat loyalitas, dan dedikasi serta komitmen yang kuat untuk menjalankan tugas yang diberikan.

Jadi, 18 nilai PPK di atas, merupakan kristalisasi dari nilai karakter yang merupakan nilai utama, yakni:

1. Religius (Religion): berkaitan dengan agama. Setiap civitas SMPK Frateran Ndao pasti memiliki agama. Maka, sebagai insan beragama sudah pasti memiliki iman kepada Tuhan. Oleh karena itu, setiap civitas SMPK Frateran Ndao, harus menjalin relasi yang intim dan intens dengan Tuhan, mulai dari bangun tidur di rumah, dengan sujud bersyukur. Sedangkan implementasi pada satuan pendidikan SMPK Frateran Ndao, yakni ibadat pagi, berdoa sebelum dan sesudah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), membaca kitab suci. Hasil yang diharapkan adalah sikap, perilaku, tutur kata dan tindakan mencerminkan seorang yang beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai religius ini, dibangun dari rumah, dari keluarga, oleh orangtua sebagai guru utama dan pertama, dalam menumbuhkan nilai karakter religius.

Baca Juga:  Kapolri Bersama Mentan Bahas Swasembada Beras Hingga Pendistribusian Pupuk Subsidi

2. Nasionalisme: berkaitan dengan cinta tanah air. Tanah air Indonesia sangat luas sekali dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote. Maka, dalam konteks SMPK Frateran Ndao, cinta tanah air dimulai dari tanah air “diri sendiri”, teristimewa peserta didik. Dia harus mencintai dirinya, menerima diri apa adanya, merawat dan membersihkan dirinya sebelum berangkat ke sekolah (mandi dan gosok gigi), mengenakan seragam yang bersih sesuai aturan, membersihkan kelas dan memungut sampah diluar kelas ketika sedang berjalan.
Juga diajarkan pada peserta didik untuk belajar menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Nasionalisme dapat diaplikasikan melalui kegiatan upacara bendera di hari Senin, apel pagi, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya, untuk secara tidak langsung menanamkan jiwa nasionalis.

3. Gotong Royong: bekerja bersama-sama dan sama-sama bekerja. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, gotong royong dapat diaplikasikan lewat piket kebersihan kelas. Atau kerjasama dalam proyek akhir, atau kerjasama lewat diskusi kelas. Itu berarti makna kerjasama tidak ada yang jadi “penonton”, semua harus terlibat atau semua harus ambil bagian atau turut serta atau aktif. Bukan hanya tentang melakukan suatu hal bersama-sama, tetapi gotong royong ini juga, bisa tentang pengambilan keputusan bersama. Peserta didik diajarkan bagaimana berkomitmen atas keputusan yang telah diambil bersama-sama.Mereka juga akan mengenal apa itu musyawarah untuk mufakat, tolong menolong, empati, dan solidaritas.

4. Integritas: kata yang berasal dari bahasa latin, yaitu integer, yang artinya utuh, dan lengkap. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau ketepatan tindakan pada diri seseorang.
Ada 3 arti integritas yang sudah tersebar dikalangan umum, yaitu:((1) integritas memiliki arti jujur (2) kehidupan yang seimbang dan teratur (3) berada dalam integritas artinya melakukan segala sesuatu secara alami tanpa usaha yang berlebihan. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, dapat diaplikasikan lewat tidak berbohong kepada orang tua, guru dan teman. Tidak menyebarkan berita hoax, juga tidak menyontek saat ulangan atau ujian. Dan jika menemukan barang yang bukan miliknya langsung diserahkan ke guru atau kepala sekolah, dan tidak mencuri, tidak membully. Dan akhirnya integritas menjadikan peserta didik, orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, dan pekerjaan. Peserta didik perlu tahu bahwa mereka harus punya komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Juga perlu ditanamkan sejak dini bahwa setiap insan muda harus belajar konsisten dalam perkataan dan tindakan, dengan berdasarkan pada kebenaran.

Baca Juga:  Terapkan Kebijakan Kelautan Indonesia untuk Wujudkan Jalesveva Jayamahe

5. Mandiri: tidak bergantung pada orang lain. Dalam hal ini tidak bermaksud peserta didik untuk “mengerdilkan” sikap sosialnya. Namun, mandiri disini dimaksudkan membantu peserta didik untuk belajar mempergunakan tenaga, waktu, dan pikiran untuk mewujudkan keinginannya. Dalam konteks SMPK Frateran Ndao, mandiri dapat diaplikasikan lewat mengerjakan tugas dari sekolah sendiri, membersihkan alat makan sendiri, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri. Oleh karena itu, mandiri berarti diri yang mantap.

Demikianlah tulisan ini, sekedar menggugah nurani kita bahwa betapa pentingnya pendidikan karakter. Sebab, karakter sesungguhnya adalah kunci kesuksesan individu. Oleh karena itulah, maka SMPK Frateran Ndao mengupayakan untuk menyalakan atau menghidupkan kembali api pendidikan karakter yang mulai redup, suram. Dan Semoga dari SMPK Frateran Ndao lahirlah insan Mardiwiyata yang cerdas dan berkarakter. Dari Endenesia untuk Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *