“UMKM ini bisa membuat kompor pelet yang murah dan diproduksi massal. Selain produksi UMKM, SMK Negeri 2 Ende membuat kopmpor pelet,” ujar Jatmiko.
PLN juga menyambut baik dukungan pemda dalam peningkatan kapasitas produksi pelet dengan menambah lokasi pengolahan sampah. Jatmiko memastikan PLN siap menjadi pembeli (offtaker) produksi pelet yang dihasilkan warga.
“Bapak Bupati memiliki ide inovasi, bagaimana caranya PLTU Ropa bisa menggunakan bahan bakar biomassa bahkan sampai dengan 100% serta menggerakkan ekonomi rakyat. Dari sisi PLN, Kami siap menjadi offtaker produksi pelet berapapun yang dihasilkan, ” ucap Jatmiko.
Angkat Ekonomi Rakyat
Bupati Ende Djafar Achmad mengatakan, program pemanfaatan sampah jadi pelet merupakan upaya terobosan pemda, PLN bersama dengan sejumlah pihak untuk mengatasi permasalahan sampah di Ende.
“Program ini sangat luar biasa karena bisa mengangkat ekonomi rakyat. Selain untuk co-firing, pelet juga bisa untuk mengganti minyak tanah,” katanya.
Untuk itu, pihaknya siap mendorong pemanfaatan sampah untuk diolah menjadi pelet. Selain itu, pelet dari sampah juga dapat menunjang peningkatan pariwisata daerah.
“Program ini sangat membantu kami dalm mengatasi permasalahan sampah 110 ton setiap harinya,” kata dia.
Ke depan, Djafar berharap pemerintah dapat terus mendukung pengembangan program ini. “Mohon dukungan dari Kementerian LHK, Mendagri dan Menparekraf untuk dukungan perluasan implementasi pengolahan sampah menjadi energi kerakyatan,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan pemanfaatan pelet untuk co-firing PLTU Ropa merupakan bentuk inisiatif nyata Pemda Ende dan PLN dalam pengelolaan sampah yang lebih baik.
“Dengan inisiatif co-firing, kita mengganti persepsi sampah kumpul angkut buang, sekarang kita pake sampah sebagai bahan yang punya nilai ekonomi,” tegasnya.
Rosa menambahkan, dalam pemanfaatan pelet dari sampah di Ende, pemerintah daerah patut bersyukur karena PLN menjadi pembeli. Sebab salah satu tantangan pengelolaan sampah menjadi pelet adalah adanya kepastian pembeli.
Pemanfaatan pelet untuk bahan bakar PLTU Ropa juga memberi pesan bahwa bahan baku biomassa untuk co-firing pembangkit sangatlah fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan potensi biomassa setempat dengan tetap memperhatikan standar teknis dan kebutuhan pembangkit. (AAS)