Setelah mengetahui adanya kelainan fisik pada anaknya, Damasus bersama isteri dan beberapa kerabat di kampungnya berusaha keras untuk menyembuhkan anaknya.
Salah satunya dengan menggunakan teknik pengobatan tradisional melalui dukun. Beberapa dukun pernah mereka datangi untuk menyembuhkan Rolan, namun setiap usaha yang mereka lakukan selalu menuai kegagalan sampai pada akhirnya mereka menyerah untuk mencari pengobatan.
“Sampai dengan saat ini kami hanya bisa pasrah dengan keadaan fisik pada anak kami”, kata Maria Dadas, ibunda Rolan kepada awak media.
Terhalang Kondisi Ekonomi Keluarga
Kondisi ekonomi dari keluarga Rolan sangat memperihatinkan. Ayah dan ibunya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian yang mereka miliki sangat sedikit sehingga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Hasil pertanian yang kami miliki sangat sedikit bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama setahun apalagi kami tidak punya sawah sendiri”, kata Damasus
Untuk menambah penghasilan, Damasus berusaha mencari pekerjaan sampingan yakni menjadi tukang bangunan.
Pekerjaan sampingan itu ia lakukan ketika memasuki musim kemerau dimana hasil pertanian sudah selesai dipanen.
“Kalau ada warga yang hendak bangun rumah baru, saya melamar untuk menjadi kepala tukang. Tapi tidak semua orang yang bangun rumah baru mempercayakan saya untuk kerja. Terkadang dalam setahun saya tidak dapat sama sekali” ujar Damasus dengan raut wajah sedih.
Meskipun kondisi ekonomi keluarga yang sangat memperihatinkan, hingga kini mereka belum pernah mendapat bantuan seperti PKH dan Sembako dan bantuan sosial lainnya.
“Kami hanya terima dana BLT yang diberikan pemerintah melalaui desa. tetapi kalau pendemi Covid-19 sudah berakhir pasti kami tidak lagi mendapatkan bantuan” kata Damasus dengan nada sedih.
Damasus berharap semoga Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur bisa memperhatikanĀ kehidupan keluarganya lebih khusus pada anaknya yang mengalami disabilitas fisik
Laporan : Ephozt Ngaja
Editor : Arkadeus Aku Suka