Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Kom. Frateran St. Aloysius Ndao Ende
“Segala sesuatu yang ada dibawah kolong langit senantiasa berubah, kecuali perubahan itu sendiri”…Heracletos
Kata kata filsuf Yunani kuno ini, sebenarnya terinspirasi dari kata-kata Sang Pengkotbah, yakni untuk segala sesuatu ada masanya (Pengkotbah 3: 1 – 8). Jika dikaitkan dengan tema retret tahunan bahwa dunia dan segala isinya berubah atau berkembang, ilmu pengetahuan dan tekhnologi berkembang pesat, namun tetap TINGGALAH DI DALAM AKU (Yoh. 15: 4). Aku yang dimaksudkan disini adalah Tuhan yang adalah Alfa dan Omega. Dialah Sang Pemilik waktu dan Dia adalah PERUBAHAN itu. Demikianlah tema retret akhir tahun para frater Bunda Hati Kudus, komunitas Frateran St. Aloysius Ndao Ende, yng dilaksanakan dari tanggal 21 Juni – 26 Juni 2021, dengan pembimbing retret adalah RP. Lukas Jua, SVD, pater Provinsial SVD, regio Ende.
Tinggallah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu adalah Sabda Yesus kepada para muridNya (Yoh. 15: 4). Bahwa dunia ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK),begitu berkembang dengan sangat pesat, namun seringkali tidak dimbangi dengan iman dan taqwa (IMTAQ), yang keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Iman adalah kesadaran bagi seseorang untuk mencapai taqwa. Tanpa iman tak mungkin seseorang akan mencapai taqwa. Taqwa adalah kemampuan seseorang dalam menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala laranganNya. Dan bagi seorang religius perkembangan IPTEK, tidak bisa dihindari kecuali dihadapi dengan IMTAQ yang kuat. Oleh karena itu, seorang religius harus bisa beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sebab kalau tidak seorang religius akan ketinggalan zaman. Zaman dalam konteks ini adalah zaman digital dan atau milenial.
Digital
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani, dan dalam bahasa digitali (kata sifat), dalam bahasa Inggris digital, yang berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini.
Era digital muncul karena adanya revolusi yang mulanya dipicu oleh sebuah generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an. Kehadiran digitalisasi ini menjadi awal era informasi digital atau perkembangan teknologi yang lebih modern. Digital adalah bentuk modernisasi atau pembaharuan dari penggunaan teknologi di mana sering dikaitkan dengan kemunculan internet dan komputer. Dimana segala hal dapat dikerjakan melalui suatu peralatan canggih tersebut untuk memudahkan urusan masyarakat. Dengan adanya revolusi digital inilah yang mendorong cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang semakin canggih saat ini. Dengan adanya kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi tentunya akan membuat perubahan besar di seluruh dunia. Mulai dari membantu mempermudah segala kepentingan hingga membuat masalah karena tidak dapat menggunakan fasilitas yang semakin canggih dengan benar. Tentunya era digitalisasi saat ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan.
Dan jika direnungkan, maka ini adalah pekerjaan Allah melalui manusia. Maka ada istilah atau ungkapan Digitus Dei (pekerjaan Allah) atau juga In digito Dei (dengan Jari Allah). Atau dengan kuasa Allah. Sehingga ada ungkapan digitus paternae dexterae yang artinya jari tangan kanan Bapa (bdk.gelar Roh Kudus) sebagai veni creator. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya adalah atas kehendak Allah atau karya Allah. Oleh karena itu, IPTEK berkembang harusnya juga diikuti oleh IMTAQ. Sebab kalau tidak IPTEK berkembang, namun IMTAQ menjadi kerdil, sehingga bisa terjadi menyalahgunakan IPTEK, untuk hal-hal yang tidak baik, yang akhirnya menjerumus manusia kedalam dosa ataupun kejahatan. Hal ini, tidak saja berdampak pada yang bukan religius, tetapi juga untuk orang-orang yang hidup membiara. Ingat karya jari atau tangan Allah, yakni digital untuk mempermudah pekerjaan kita manusia. Jadi, digital untuk manusia, tetapi bukan manusia untuk digital, apa atinya? Digital untuk manusia berarti digital untuk membantu pekerjaan kita manusia. Sedangkan manusia untuk digital berarti kita menjadi budak digital, hidup melekat dengan digital atau hidup tidak bisa lepas dari digital. Oleh karena itu, Yesus mengingatkan kepada para murid Nya, terlebih kaum religius, apapun perubahan yang terjadi dalam dunia IPTEK, namun tetap tinggalah di dalam Aku dan Aku didalam kamu (Yoh. 15: 4). Jadi, IPTEK berkembang, namun IMTAQ juga harus berkembang, sehingga kedua sinkron. Sebab, sekali lagi bahwa perkembangan atau perubahan yang terjadi begtu cepat merupakan karya jari atau tangan Allah (Digitus Dei), melalui pikiran dan tangan manusia.
Manfaat Era Digital
Adapun berikut ini beberapa manfaat era digitalisasi:
Kemudahan Dalam Berkomunikasi
Mobile dan Fleksibel
Internet Lebih Dominan Ketimbang Penggunaan Pulsa
Kemudahan Dalam Berbelanja dan Mendapatkan Apa yang Diinginkan