Ataukah bahwa Polres Ende masih harus menanti lagi hingga selesainya Pilkada Ende, karena Djafar Achmad, Ketua Umum KONI, mantan Bupati Ende ini juga masuk dalam area kompetisi hendak kembali menjadi Bupati Ende?
Bagaimanapun……
Tetap jadi harapan publik bahwa agar pihak Polres itu merasa terpanggil untuk menjaga pamor dan sanggup susuri dugaan lalu lintas semrawut dana hibah KONI Ende. Tentu ‘nama baik institusi Polres Ende’ tertantang dengan adanya gema suara ‘permintaan pada pihak Polda NTT untuk turun tangan sikapi dugaan kasus ini.’
Jika hal ini terus berlarut diam, maka terciptalah kesan pada publik Ende bahwa Feri Taso, Sabri Indra Dewa dan Yulius Cesar Nonga sungguh-sungguh adalah ‘tritunggal mahasakti’ yang sedikit pun tak akan terjamah serius oleh pihak kepolisian (Polres Ende).
Beberapa minggu terakhir ini telah mengangkasa (kembali) dua nama di langit Kabupaten Ende. Laurentius Dominicus Gadi Djou dan Kanisius Poto mesti dihadapkan ke penyelidik Polres Ende. Dengan pasti keduanya nyatakan tidak tahu bahwa nama mereka distrukturkan dalam kepengurusan KONI Ende. Dan keduanya pun ‘gelap gulita’ tentang alur kelolah dana KONI itu.
Lalu?
Jika ikuti alur kata hati dan bunyi suara Laurentius terdengar miris. Ringkasnya: dana Rp 2,1 M diketahuinya dari medsos, lalu lintas pengelolahan dana itu untuk cabang-cabang olahraga (cabor) semuanya serba tak tahu. Bahkan alamat Kantor KONI pun ‘Wakil Ketua KONI’ ini pun tak tahu.
Terus, bagaimana hikayatnya sehingga nama Laurentius dan Kanisius bisa nongol di struktur kepengurusan itu? Sulit untuk tidak yakin bahwa Djafar Achmad (Ketua Umum KONI Ende) dan FT selaku Ketua Harian KONI Ende sungguh ‘buta dari kisah ini.’