Adakah niat suram terselubung FT cs untuk ‘berlindung’ di bawah nama besar kedua ‘pengurus fiktif’ itu? Ataukah ada maksud politis tertentu dari FT cs ‘pasang kedua nama itu.’ Ini mengingat Ende juga lagi di jelang Pilkada. Jelas, kisruh dugaan ini bisa merugikan nama baik Laurentius dan Kanisius.
Kini, FT cs benar-benar lagi tersandra dugaan kasus dana hibah KONI Ende. Bukan tak mungkin bahwa FT cs sudah berjuang sejadinya untuk putar otak ‘cari celah’ untuk berzigzag sana-sini agar lolos dari jerat hukum dan juga dari opini atau tafsir publik yang makin liar tak terkendali. Jika tidak, teramat besarlah kemungkinan rejeki untuk kursi legislatif untuk 2024 – 2029 ini bakal hangus. Apalagi, sekiranya sebagai kader-kader partai muncul pinalti fatal dari PDIP.
Kini, di hadapan dan di sekeliling Pemda Ende dan KONI Ende terdapat kalimat yang ‘menakutkan tetapi sebenarnya substansinya membebaskan bahwa “Kepastian hukum dengan sistem pembayaran nontunai agar pengeluaran uang daerah tepat jumlah, aman, efisien, transparan dan akuntabel.”
Kerja berat memang bagi KONI Ende (FT cs) di hadapan Polres Ende dan di ruang publik Ende bahwa Rp 2,1 M itu dijamin telak: punya kepastian hukum, tepat jumlah, aman, efisien, transparan dan akuntabel. Tentu warga Ende tak lupa akan kerja keras para pengurus KONI Ende akan dua kisah pesta kemenangan Perse Ende penuh eforia sebagai Juara Pertama El Tari Memorial Cup.
Bisa saja terjadi, iya mungkin saja, ada biaya operasional praktis yang sekian besar dan membengkak melampaui Rp 2,1M itu. Dan karenanya? FT cs sebagai pengurus KONI atau pun sebagai Manajer Perse Ende mesti, misalnya, berkorban dengan isi pundi-pundi pribadi. Ambil saja perkiraan bahwa terdapat sekian banyak suporter nekad Perse Ende tanpa modal juga ‘disanggupi’ FT cs untuk bisa bertandang demi beryel-yel rore-rore di luar daerah.