Narasumber utama dalam lokakarya ini adalah Robi Fahik, seorang penulis yang juga merupakan pengurus Forum TBM NTT. Robi telah menulis sejak tahun 2003 dan dikenal melalui karya-karya yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga sering mengangkat tema kearifan lokal.
Dalam materinya yang berjudul “Cerita Anak dalam Beberapa Proses Kreatif,”
“Penjenjangan buku itu penting, karena setiap usia anak membutuhkan bacaan yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya tangkap mereka. Buku bacaan bermutu harus mampu menginspirasi, mendidik, serta memberikan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penting juga untuk menulis buku cerita anak berbasis kearifan lokal, agar anak-anak dapat mengenal dan mencintai budayanya sendiri,” jelas Robi dengan rinci.
Ia juga membahas langkah-langkah konkret dalam proses kreatif menulis buku cerita anak. Proses ini dimulai dari membaca banyak referensi, mempelajari berbagai gaya dan struktur cerita, menggali ide, menyusun draft, hingga melakukan editing sebelum cerita dipublikasikan.
Robi tidak hanya membahas teori, namun juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk berlatih langsung menulis cerita anak dengan menggunakan beberapa buku karyanya sebagai contoh.
Buku-buku tersebut antara lain: Jreng! Jeng! Jeng! Tato Nenek , Mariana Menari di Batas Negeri, dan Air!Air!Air!.
Marianus Seong, seorang musisi dan pengurus YASPENSI NTT, juga hadir sebagai narasumber. Dalam sesinya, Marianus menekankan bahwa ide menulis cerita anak bisa lahir dari pengalaman nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
“Menulis cerita anak tidak harus dimulai dari hal-hal yang rumit. Kita bisa mengambil inspirasi dari latar belakang kita sendiri, dari apa yang kita alami sehari-hari. Dengan begitu, cerita akan terasa lebih autentik dan relevan,” ujarnya
Ia juga membagikan beberapa tips sederhana yang dapat membantu penulis pemula dalam menyelesaikan cerita anak, salah satunya adalah konsistensi dalam menulis dan tidak takut untuk memulai dari hal-hal yang sederhana.
Marianus memberikan dorongan kepada para peserta untuk berani mengungkapkan ide-ide mereka dalam bentuk cerita
Setelah mendapatkan materi dari kedua narasumber, peserta diminta untuk membuat alur cerita anak secara singkat. Kegiatan praktek ini disambut dengan antusiasme yang tinggi. Sehingga dalam lokakarya ini, masing-masing peserta menghasilkan karya tulis singkat.
Lokakarya ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga sebagai ruang untuk memperkuat kemampuan menulis cerita anak yang bisa diterbitkan secara mandiri oleh TBM, PKBM, dan komunitas literasi lainnya.
Dengan adanya acara seperti ini, diharapkan lahir lebih banyak karya literasi berkualitas yang mampu menginspirasi generasi muda, khususnya di wilayah NTT, yang terus berjuang dalam meningkatkan literasi di tengah tantangan yang ada.