EndeSeputar NTT

Transformasi Bank NTT di era kepemimpinan Harry Alexander Riwu Kaho

×

Transformasi Bank NTT di era kepemimpinan Harry Alexander Riwu Kaho

Sebarkan artikel ini
Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho/Foto : Humas Bank NTT

Ende, gesstur.id – Transformasi Bank NTT di era kepemimpinan Direktur Utama Harry Alexander Riwu Kaho semakin cemerlang. Hal ini ditandai dengan penerapan sistem digital pada berbagai kanal layanan Bank NTT.

Selain Smart Branch pada Kantor Cabang Utama Bank NTT dan Kantor Cabang Khusus Bank NTT, pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang selama ini dibina Bank NTT juga terkoneksi ke sistem digital.

Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, meski NTT punya keunikan karena kondisi topografi dan geografis namun, ini bukan kendala karena merupakan tantangan bagi sektor perbankan seperti Bank NTT untuk menyiasatinya. Bank NTT lalu secara masif berkolaborasi dengan semua pihak.

“Sehingga digitalisasi ini bisa dirasakan manfaatnya oleh semua pihak termasuk UMKM. Pandemi COVID menghantam fondasi ekonomi NTT dari level normal dari sebelumnya terkoreksi normal, hampir minus. Namun dalam kerja-kerja bersama dalam spirit yang sama, untuk membangun kembali fundamental ekonomi berbasis UMKM maka kolaborasi menjadi sebuah strategi untuk membangun sebuah ekosistem yang dalam ekosistem itu digitaliasi bisa dilakukan secara inklusi dengan berbagai pihak termasuk UMKM,” kata Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam Live Talkshow bertajuk “Digitalisasi Bank untuk Mendukung UMKM Provinsi” yang dilaksanakan oleh BeritaSatu TV, Kamis 16 Juni 2022.

Baca Juga:  Jelang Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022, Kesbangpol NTT Gelar Kegiatan Vaksinasi Massal Dan Sosialisasi Gerakan Cinta Rupiah

Ia menjelaskan, memang digitalisasi membutuhkan kerja keras, sehingga Bank NTT pada 2019 melakukan review dan kajian untuk segera beradaptasi dengan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.

Ketika BI menghadirkan terobosan sistem pembayaran yang lebih modern, yakni penerapan QRIS ini menjadi salah satu terobosan untuk gaya atau model digitalissi yang akan berkembang.

“Bank NTT segera melakukan upgrade core banking sehingga bisa mengakomodir potensi-potensui peluang di kemudian hari. Setelah itu tahapan berikutnya adalah mereviwe tenaga-tenaga IT baik special hire maupun organik untuk mampu mendesain program-program yang berbasis potensi unggulan di NTT. Karena jika Bank NTT mau bersaing namun jika tak memiliki karakteristik yang kuat, maka akan tergerus dan tenggelam,” tegas Alex

Alex juga, menambahkan produk dan layanan yang disiapkan oleh Bank NTT seperti melakukan diversifikasi produk, pendekatan-pendekatan yang tepat untuk usaha-usaha yang berbasis potensi lokal.

Dia bersyukur karena masyarakat mau beradaptasi. Apalagi dengan ratio elektronik dan ratio kelistrikan di NTT yang mulai membaik, membuat habid berubah dengan cepat termasuk masyarakat di pedesaan.

Alex merinci, setidaknya 6.000 UMKM binaan Bank NTT yang sudah bisa menggunakan layanan digital. Ini mengacu pada meningkatnya transaksi-transaksi digital dari hari ke hari. Ada beberapa kegiatan yang dihadirkan untuk mendukung digitalisasi terhadap layanan perbankan seperti Festival Desa Binaan Festival PAD dimana seluruh peserta sudah harus familiar dengan transaksi digital.

Baca Juga:  Bank NTT Bersama Pemerintah Provinsi NTT Komit Turunkan Angka Stunting Dan Gizi Buruk Bagi Baduta Di NTT

“Kami memantaunya dari kanal-kanal pembayaran ada peningkatan yang sangat signifikan. Trend kita menunjukkan pertumbuhan yang hampir mencapai 30 persen dan kita melihat adanya prospek yang sangat baik,” tegas Alex yang menambahkan saat ini Bank NTT memiliki kurang lebih 9.000 agen digital sejak 2019-2022.

Dan ini sebuah lompatan eksponensial untuk pertumbuhan yang sangat luar  biasa karena mereka punya modal sendiri dan bisa mempergunakan jasa layanan bank untuk berkreasi. Mereka pun bisa mengembangkan pola pembayaran yang ada.

Ada Agen Dia Bisa, dikembangkan ke Lopo Dia Bisa, lalu Lopo Dia Bisa ini kombine antara agen DIA Bisa dan UMKM yang ada sehingga disitulah marketplace itu ada karena mereka mengupload setiap produknya. Bank NTT memfasilitasi mereka dengan membuatkan E-Katalog.

“Untuk menjaga sustainable, maka kita terus mengembangkan keahlian warga, seperti packaging diperindah. Lewat kerjasama dengan Dekranasda, kita berkolaborasi sehingga lebih berkualitas dan layak di pasar. Seperti kolaborasi  dengan KADIN NTT, UMKM kita menembus pasar di Singapura, Timor Leste dan sebagainya,” ujar Alex.

Pihaknya bersyukur karena NTT memiliki gubernur, bupati dan kepala daerah yang sangat peduli serta punya komitmen yang kuat misalnya untuk pemenuhan modal inti minimum yang mana semua sudah komit agar pada tahun 2023, pemenuhan modal inti ini terpenuhi Rp3 Triliun. Di bagian akhir, Alex berkesimpulan bahwa dari sisi industri perbakan, apa yang sudah dilakukan oleh regulator dan tuntutan market itu tidak masalah.

Baca Juga:  Ratusan Umat Stasi Aewora Ikuti Misa Minggu Palma Dengan Khusuk dan Khidmat

Namun dari sisi lain untuk menghidupkan sustainable perbankan dimana ada konsumer dan konsumer itu adalah UMKM, maka salah satu yang harus dilakukan oleh regulasi apalagi untuk daerah seperti NTT, yakni harus diberlakukan semacam relaksasi dalam regulasi sehingga merangsang pertumbuhan-pertumbuhan UMKM lebih bergairah. Jika regulasi diterapkan secara umum tentu sulit sehingga dibutuhkan perlakuan khusus.

Sementara itu Bayu Prawira Hie saat itu mempertegas bahwa memang BPD dimiliki oleh Pemda dengan sasaran adalah ASN. Hal ini bagus dan menjadi modal income yang reguler namun dia menyarankan agar jangan lupa bahwa misi sebuah BPD adalah menjadi agen pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu adalah tepat jika bank mulai menyasar sektor UMKM.

“BPD ini benar-benar harus merangkul masyarakat, selain karena misinya, juga agar mereka bisa berkembang serta terciptanya keeratan BPD dengan masyarakat.  BPD harus membangun sentimen dari masyarakat sehingga mereka pun mau agar banknya harus lebih bagus. Ini tugas bagi BPD. Agar BPD tidak saja menyasar kredit konsumtif namun produktif,” pungkasnya.

Penulis : Humas Bank NTT
Editor : Tim gesstur.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *